Written by 12:13 pm Blog Views: [tptn_views]

Identifikasi Biometrik Untuk Badan Penegak Hukum : Kejahatan Lokal Hingga Keamanan Negara

Penegakan hukum dapat dibilang menjadi awal mulanya lahir biometrik dimana sistem ini muncul dalam menangani investigasi kriminal untuk mengenal identifikasi manusia dengan menggunakan sidik jari. Pada waktu itu sistem ini ditujukan untuk identifikasi kriminal dan beberapa orang yang telibat dalam kasus kriminal. Sidik jari yang ada dipakai untuk menginvestigasi kejahatan dan mencocokan data orang-orang yang terlibat dalam kasus. Terlepas dari penggunaanya yang luas dalam penegakan hukum, saat ini penggunaan biometrik tidak hanya terbatas pada investigasi kriminal namun lebih luas metode identifikasi ini telah dipakai dimanapun identifikasi manusia dibutuhkan. Dari mulai sistem kehadiran di pintu masuk kantor sampai untuk membuka kunci di handphone, teknologi biometrik membuat indentifikasi pada manusia yang terlihat tidak mungkin menjadi mungkin.

Artikel ini akan membahas bagaimana perkembangan sistem biometrik dari awal pemakaiannya dalam penegakan hukum hingga saat ini.

 

Penegakan Hukum: Menguji Tantangan Setiap Fase

Sesuai namanya, penegakan hukum merupakan proses dimana pemerintah memastikan bahwa hukum yang ada berjalan sesuai. Pemerintah menempatkan badan hukum dalam memastikan hukum tetap terlaksana dan mereka yang melanggar dapat diadili. Untuk membawa tersangka ke pengadilan dibutuhkan identifikasi yang akurat dan bukti yang menunjukan keterlibatan mereka dalam melanggar hukum. Untuk menghindar dari proses hukum, tersangka akan mencoba untuk mengganti identitas, nama bahkan wajah. Dimana hal ini lebih mudah dilakukan sebelum adanya penemuan teknologi biometrik. Tersangka akan melakukan pemalsuan dalam bentuk apapun untuk mengelabui polisi dan badan penegak hukum. Mereka merubah tampilan, tempat, memalsukan identitas dan dokumen-dokumen yang tidak banyak membutuhkan teknologi.
Badan penegak hukum membutuhkan kecepatan dan ketepatan dalam mengidentifikasi tersangka dalam kasus kriminal. Adanya kesalahan identifikasi dapat menyebabkan penderitaan bahkan hilangnya nyawa seseorang. Maka dari itu tanpa adanya identifikasi yang akurat maka penegakan hukum tidak dapat terlaksana.

 

Biometrik Bagi Badan Penegak Hukum

Dalam penegakan hukum, ada beberapa kasus dimana biometrik dapat digunakan:

  1. Dalam mengidentifikasi kriminal, tersangka dan teroris.
  2. Dalam investigasi kriminal, hasil forensik yang secara berkala digunakan untuk kecocokan biometrik pada kasus kriminal.
  3. Pengawasan, rapat intelijen dan keamanan.
  4. Adanya tiga kasus lebih dapat dikatakan sebagai inti dari penegakan hukum. Biometrik hanya dapat digunakan di dalam badan penegak hukum seperti staf kantor, pihak ketiga vendor dan pelayanan jasa.

 

Pengelolaan Kriminal dan Tersangka : Penahanan dan Narapidana

Penahanan bagi penjahat baru yang belum tercatat oleh biometrik, memberi badan penegakan hukum peluang untuk mengumpulkan biometrik mereka. Hal ini membantu badan penegak hukum dalam mencari dan mengidentifikasi mereka pada masa mendatang jika mereka tetap melakukan aktivitas kriminal mereka. Selain itu, pengumpulan biometrik pada masa penahanan dapat digunakan untuk aktivitas lain jika sistem di tempat tahanan menggunakan akses keamanan dengan sistem biometrik.

Badan pengawas memiliki peran penting dalam memastikan penegakan hukum. Narapidana menjalani hukuman dengan belajar bekerja dan menyesuaikan diri dengan masyarakat sipil. Pelacakan serta keamanan narapidana yang sedang menjalani hukuman merupakan tugas yang sangat penting dalam penjara, apalagi di beberapa tempat tahanan jumlah narapidana dapat tumbuh terus menerus sehingga menjadikan tantangan tersendiri namun adanya aplikasi biometrik dapat membantu menyelesaikan beberapa tantangan dalam pengoperasian di penjara setiap harinya. Tempat tahanan merupakan lembaga khusus yang membutuhkan keselamatan, keamanan dan pengawasan yang berbeda dari lembaga sipil lainnya. Personil rumah tahanan harus dapat memastikan bahwa tahanan aman, dapat dilacak dan tidak menyakiti sipir.

Penggunaan aplikasi biometrik dengan pengenalan wajah dan sidik jari membantu sipir dalam menjaga peraturan dan ketertiban penjara serta pusat pengawasan. Melacak narapidana disaat mereka beraktivitas dalam fasilitas merupakan salah satu tantangan yang dapat dengan mudah dilakukan oleh sistem ini karena adanya keterlambatan atau pergerakan yang tidak diketahui dari tahanan dapat menyebabkan masalah besar.

 

Investigasi Tempat Kejadian Perkara dan Identifikasi Identitas Tak Dikenal

Jejak biometrik yang tertinggal oleh orang-orang yang terlibat dalam aksi kejahatan dapat membantu dalam penyelidikan kedepannya. Jejak inilah yang pertama kali harus dicari ketika insiden terjadi. Pengamanan TKP merupakan prosedur dalam menyimpan bukti dan jejak dari distorsi, hal inilah mengapa banyak orang yang dilarang masuk ke dalam area TKP untuk menghindari adanya pencemaran sidik jari pada barang bukti secara sengaja maupun tidak disengaja. Setelah pengumpulan jejak, langkah selanjutnya akan dikerjakan oleh ahli forensik dimana jejak ini akan diamankan dan dibawa ke laboratorium forensik untuk dibandingkan dengan biometrik yang sudah ada atau yang baru diperoleh dari tersangka.

Proses ini telah dilakukan semenjak pertengahan abad ke-20 dimana polisi mulai menggunakan sidik jari tersangka untuk menghubungkan catatan kriminal mereka dan orang-orang di tempat kejadian perkara. Awalnya implementasi biometrik dari lembaga penegak hukum seperti Federal Bureau of Investigation (FBI) bersifat manual dengan menggunakan kartu sidik jari untuk mengumpulkan, memproses dan menyimpan sidik jari. Pada tahun 1980an ketika komputer dan optik gambar mulai meningkat kualitasnya, penyimpanan sidik jari pun semakin rapih dan terkomputerisasi dengan baik. Hal ini bersamaan dengan lembaga penegak hukum Amerika Serikat memulai penerapan Automated Fingerprint Identification System (AFIS).

 

Pengawasan dan Keamanan

Kedua hal ini menjadi hal penting yang perlu dilakukan oleh lembaga badan penegak hukum dalam menjaga hukum dan ketertiban. Aplikasi biometrik saat ini semakin banyak digunakan dalam melakukan pengawasan, apalagi dengan semakin mudahnya akses digital dan fisik bagi dunia untuk terhubung, maka tingkat ancaman pun semakin meningkat. Hal ini dilihat dari adanya keamanan dunia maya dan insiden teroris yang meningkat secara pesat setiap tahunnya. Ancaman ini dapat berasal dari belahan dunia manapun dan dapat mempengaruhi negara secara negatif. Banyak negara lawan yang secara diam-diam mengatur serangan teroris dan kejahatan dunia maya terhadap negara lain dan warga taat hukumlah yang sering menjadi korbannya. Sehingga pengawasan massa telah menjadi tanggung jawab utama bagi lembaga penegak hukum untuk dapat mengidentifikasi dan menghentikan ancaman sebelum hal itu terjadi. Pengawasan massa juga bertugas untuk membantu pengumpulan intelijen yang memantu menangani kejahatan dan aktivitas teroris.

Di beberapa negara, badan lembaga penegak hukum telah memperkenalkan kamera lalu lintas yang tidak hanya sekedar mengenali plat nomor namun wajah pengendara dan bahkan kamera ini dapat memberi peringatan jika pengendara merupakan subjek yang berada dalam pengawasan. Adanya pengawasan digital merupakan bentuk lain dari pengawasan dengan pemantauan lalu lintas internet dan komunikasi yang mencurigakan. Walapun pengawasan ini mengganggu privasi namun hal ini telah diatur dalam perundang-undanga yang melegalkan, dimana di Amerika Serikat hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Penegakan Hukum yang memberi otoritas kepada lembaga penegak hukum federal untuk memantau panggilan telepon dan lalu lintas internet.

Identifikasi Biometrik Untuk Badan Penegak Hukum : Kejahatan Lokal Hingga Keamanan Negara

Modalitas Dalam Penggunaan Aplikasi Penegakan Hukum

Lembaga penegak hukum telah menggunakan sidik jari dari lama namun teknologi biometrik yang moderen mencoba untuk memanfaatkan segala macam modalitas dan menambahkannya untuk menutupi kekurangan dan mendapatkan hasil yang baik. Selain pengenalan sidik jari, beberapa pengenalan seperti wajah, iris, gaya berjalan, pengenalan suara bahkan profil DNA menjadi modalitas biometrik yang sering digunakan pula.

 

Pengenalan Sidik Jari

Sidik jari merupakan sistem biometrik pertama yang digunakan dalam penegakan hukum dilihat dari sejarahnya dalam penegakan hukum dengan aplikasi forensik yang berlanjut hingga sekarang. Pengenalan sidik jari menggunakan pola unik yang dibentuk oleh pergerakan kerutan ujung jari manusia. Sehingga adanya teknologi saat ini membantu proses pemindai dan pencocokan data secara otomatis tanpa perlu menggunakan jasa manusia. Saat ini lembaga penegak hukum tidak hanya bekerja untuk menghentikan kejahatan, alih-alih pemerintah membantu mengurus identifikasi sipil, pemeriksaan latar belakang pekerjaan dan pengelolaan data biometrik. FBI memiliki database biometrik terbesar didunia yang memiliki data sipil dan kriminal.

 

Pengenalan Wajah

Pengenalan wajah saat ini menjadi salah satu modalitas biometrik yang semakin umum dikalangan sipil dan penegak hukum. Banyak bank dan layanan keuangan yang memungkinkan pelanggan untuk mencocokan transaksi mereka dengan pencocokan pengenalan wajah yang dikenal sebagai selfie pay. Modalitas ini juga lebih sering digunakan oleh pemerintah dan beberapa negara lain. Dalam pengawasan masal, analisa masih diambil dari video pengawas. Untuk pendanaan saat ini Departemen Keamanan Dalam Negeri bersama dengan DARPA sedang gencar dalam mendukung penelitian pengenalan wajah. Program “Human Identification at a Distance program” yang dijalankan oleh Kantor Teknologi Pemrosesan Informasi, mampu mengidentifikasi seseorang hingga ketinggian 150 kaki (150 meter) dari jarak wajah mereka.

 

Pengenalan Suara

Adanya kemampuan lembaga pemerintah dalam mengawasi saluran komunikasi, dimana pemerintah memiliki teknologi yang dapat mengenali pidato serta pembicaraan dengan teknologi pengenalan suara. Sampel suara dapat diambil dari sumber manusia atau bahkan bukan manusia dengan perekam audio sederhana, stringray phone tracker dan beberapa perangkat serupa dapat memotong konten komunikasi GSM yang diumpankan ke sistem biometrik suara untuk mengidentifikasi subjek yang sedang diawasi.

 

Profil DNA

Pembuatan profil dan sidik jari DNA merupakan teknik dimana setiap karakteristik unik dari DNA dipetakan. Dalam ilmu forensik pembuatan profil DNA merupakan metode yang umum digunakan untuk mengidentifikasi individu yang belum teridentifikasi. Walaupun ada 99% DNA manusia yang serupa, namun 1% DNA manusia inilah yang dapat membedakan.satu individu dengan individu lainnya. Tidak seperti metode biometrik lainnya, profil DNA membutuhkan sampel dari tubuh manusia dengan cara yang invasif. Ketika ada bukti DNA di TKP maka setelahnya akan langsung dicocokan dengan data DNA tersangka baru atau profil yang mungkin sudah ada di dalam data. Ada beberapa kasus kriminal yang dipecahkan dengan menggunakan metode DNA.

 

Kesimpulan

Lembaga penegak hukum sangat bergantung dengan identifikasi manusia yang akurat yang dapat dilakukan secara efisien dengan biometrik. Adanya penggunaan biometrik bukan hal yang baru dalam lembaga penegak hukum, namun adanya peningkatan komputasi dan elektronik membantu aplikasi biometrik menjadi lebih cepat, aman, dan murah.

Penggunaan biometrik telah menjadi kebutuhan di dunia yang kompleks dan saat ini aplikasi biometrik digunakan dalam memecahkan kasus kejahatan yang bertujuan untuk menjaga keamanan nasional. Pengawasan massa menggunakan pengenalan wajah, analisis gaya berjalan dan pengenalan suara dilakukan untuk mengumpulkan intelijen dan menghentikan insiden yang tidak diinginkan.

Last modified: September 17, 2018

Close