Perkembangan teknologi yang sangat pesat memberikan kemudahan dan fleksibilitas bagi semua industri, terlebih di industri finansial dan perbankan. Seperti, kemudahan dalam bertransaksi tanpa harus membawa uang kertas di dalam dompet Anda. Apalagi semenjak pandemi berlangsung, kita dituntut untuk meminimalisir kontak fisik (cashless society movement), yang bertujuan untuk melakukan perubahan kebiasaan masyarakat pada proses transaksi dari tunai menjadi non-tunai atau dalam bentuk digital.
Namun siapa sangka jika kemudahan yang ditawarkan itu bisa juga menjadi boomerang. Karena terlepas dari kemudahan yang ditawarkan, pembayaran dalam bentuk digital ini membuka celah bagi penjahat siber untuk melakukan aksi ilegal mereka.
Tanpa basa-basi, simak ulasan berikut agar lebih yakin dengan penggunaan dompet digital dan langkah preventif yang menghindarkan dari kejahatan siber!
Pandemic & Cashless Society Movement
Kemunculan COVID-19 di Indonesia sejak 2020 lalu banyak mengubah kebiasaan masyarakat. Tingginya kasus saat itu, serta kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang ditetapkan oleh pemerintah nyatanya membuat banyak sektor ekonomi harus putar otak agar tetap bisa bertahan dari pandemi. Begitu pun dengan masyarakat yang harus tetap memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pandemi COVID-19 lantas mendorong individu dan bisnis untuk melakukan reorientasi pembayaran. Dalam hal ini, para pelaku usaha menjadi lebih sadar akan solusi pembayaran yang tersedia. Sementara penyedia pembayaran terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan melalui solusi seperti dengan kode Quick Response (QR code) dan pembayaran linkbased.
Banyaknya perubahan tersebut akhirnya membentuk sebuah kebiasaan baru yaitu cashless society. Cashless society merupakan perubahan cara lama dalam cara bertransaksi yang tadinya menggunakan pembayaran tunai dengan uang cash kini dilakukan secara non tunai atau transaksi digital.
Dikutip dari Katadata.co.id, dari total Rp 305,4 triliun, sebanyak Rp 35 triliun di antaranya merupakan transaksi uang elektronik. Nilainya meningkat 58,5% secara tahunan (year on year/yoy).
Dari data diatas dapat dilihat bahwa setiap tahunnya, nilai transaksi pembayaran digital mengalami pertumbuhan yang signifikan dari tahun ke tahun. Semejak tahun 2017 hinggal 2021, total transaksi digital mengalami kenaikan sebesar 122.89%. Menurut Bank Indonesia, peningkatan transaksi uang elektronik tersebut seiring dengan maraknya belanja online selama pandemi seiring kemudahan sistem pembayaran digital. Tak hanya itu, jenis transaksi ini dianggap lebih aman karena tidak perlu melakukan kontak fisik secara langsung antara penjual dan pembeli sehingga mengurangi tingkat penularan COVID-19.
Penyerapan dan regulasi dompet digital di Indonesia
Merujuk databooks, laporan Survei DailySocial Fintech Report 2021 yang melibatkan 1.500 responden, menunjuk OVO sebagai aplikasi dompet digital yang paling banyak digunakan sepanjang tahun 2021.
Tercatat sebanyak 58,9 % responden pengguna dompet digital mengaku menggunakan OVO. Di urutan kedua ada GoPay yang dipakai oleh 58,4 % responden. Selanjutnya, ShopeePay berada di peringkat ketiga dengan persentase pemakaian oleh 56,4 % responden. Dana berada di posisi keempat dengan pengguna sebanyak oleh 55,7% responden. Dana juga menjadi dompet digital keempat yang digunakan oleh lebih dari 50% responden. Dompet digital lainnya memiliki penggunaan di bawah 50 persen. Beberapa di antaranya adalah LinkAja yang dipakai oleh 18,4% responden, PayTren oleh 3% responden, dan i.saku 2,9%.
Penggunaan dompet digital terbaik di Indonesia sudah diatur melalui regulasi dan aturan dalam Peraturan Bank Indonesia No.18/40/PBI/2016 dan Surat Edaran Bank Indonesia No.18/41/DKSP tentang Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran. Melalui regulasi tersebut, masyarakat dianjurkan untuk menggunakan dompet digital yang sudah mendapatkan izin terlebih dahulu dari Bank Indonesia. Ini sebagai langkah antisipasi bagi pengguna agar selama proses pemakaian aplikasi tersebut, hal-hal yang bisa merugikannya dapat dihindari.
Verifikasi Biometrik: Fitur keamanan yang ditawarkan oleh dompet digital
Selain kenyamanan dan fleksibilitas yang menjadi value dari dompet digital, sisi keamanan juga menjadi daya tarik bagi penggunanya. Di indonesia sendiri, pelopor di industri finansial dan teknologi yang mulai menerapkan verifikasi dan otentikasi biometrik di sistem mereka; seperti ShopeePay, Gojek, Grab, dan Dana. Alfons Tanujaya, pakar keamanan siber di Vaksincom, mengatakan fitur verifikasi biometrik yang bersifat unik harus selalu ditingkatkan untuk menjamin keamanan platform digital.
Dilansir dari Tribunnews.com, Pengamat Teknologi dari Researcher Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM) Adityo Hidayat berpendapat, dari sisi keamanan, di Gopay sudah terdapat multi factor authentication. Fitur biometrik GoPay berupa sidik jari dan verifikasi wajah. Tujuannya untuk memverifikasi transaksi non-tunai di luar layanan Gojek. Fitur sidik jari telah tersedia di seluruh pengguna smartphone Android dan verifikasi wajah mulai tersedia di platform iOS. Dengan begitu maka terjadi kombinasi antara apa yang diingat (username/password)
Crucial security risks: The deception approach of social engineering
Meskipun sistem ini dibangun dan dibuat dengan tingkat keamanan yang tinggi, semuanya tergantung pada penggunanya. Tindakan ilegal yang marak terjadi saat ini adalah social engineering, yang artinya kejahatan yang memanipulasi psikologi korban baik disadari atau tidak. Media yang digunakan dalam social engineering adalah telepon, SMS, e-mail maupun berbagai media sosial.
Metode social engineering yang banyak dilakukan saat ini adalah phising yaitu upaya penipuan untuk mendapatkan informasi atau data sensitif, seperti nama lengkap, password, dan informasi kartu kredit/debit lainnya dengan menyamar sebagai pihak yang dapat dipercaya. Phising yang dilakukan dengan SMS dikenal dengan istilah Smishing. Sedangkan Phising melalui telepon disebut Voice Phising atau Vishing.
Spesifik di Indonesia, berdasarkan penelitian Frost & Sullivan yang diprakarsai Microsoft pada tahun 2018, potensi kerugian ekonomi di Indonesia yang diakibatkan oleh cyber attack menyebabkan kerugian mencapai Rp 478,8 triliun atau 34,2 miliar dolar AS. Besarnya nilai kerugian tersebut adalah lebih dari 3 persen PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia pada tahun 2018.
Our approach and tactics toward cyber crimes
Solusi verifikasi identitas ASLI RI yang otomatis, sangat akurat, dan mudah diimplementasikan membantu bisnis mengonversi lebih banyak pelanggan lebih cepat dan mengurangi tingkat registrasi oleh pengguna bodong. ASLI RI menggunakan teknologi facial recognition dan liveness detection untuk mencegah spoofing, yang memungkinkan Anda melakukan akuisisi berdasarkan tingkat risiko setiap individu serta menciptakan proses yang smooth bagi pengguna. Apabila ada pengguna yang berisiko tinggi, Anda cukup menambahkan beberapa langkah pemeriksaan saja sesuai dengan kebutuhan Anda.
Dengan menggabungkan pengalaman pengguna yang nyaman dan sistem biometrik yang canggih, Anda dapat memaksimalkan konversi sambil tetap mempertahankan kepatuhan KYC (Know Your Customer) dan AML (Anti Money Laundering).
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana ASLI RI dapat membantu menjaga keamanan akun dan perusahaan Anda agar tetap mematuhi peraturan pemerintah, konsultasikan kebutuhan perusahaan Anda dengan kami.
teknologi, security, safety, digital world, fleksibilitas, industri digital, finansial, perbankan, transaksi, cashless society, penjahat siber, cyber criminals, dompet digital, ewallet, PSBB, ekonomi, pandemi, qr code, quick response code, linkbased, katadata, uang elektronik, dailysocial, ovo, gopay, shopeepay, paytren, bank indonesia, verifikasi biometrik, gojek, grab, vaksincom, ios, android, social engineering, rekayasa sosial, phishing, voice phishing, cyber attack, facial recognition, spoofing, asliri, akurat, kyc, e-kyc, AML, anti money laundering
Last modified: August 2, 2022